LUBRICATION
SYSTEM
PELUMAS DAN
SISTEM PELUMASAN
Prepared By:
MUHAMMAD PURWA PRASETYA
110309155491
HEAVY EQUIPMENT DEPARTMENT
STATE POLYTECHNIC OF BALIKPAPAN
2012
Bab 1 Lubricant (Pelumas)
A. Teori Dasar Oli Pelumas & Formula Pelumas
Formula Oli pelumas adalah suatu rumusan antara base oil dengan aditif sehingga
diperoleh suatu pelumas dengan klasifikasi tertentu sesuai dengan standar yang
diakui secara internasional. Untuk mendapatkan pengakuan secara internasional,
satu formula pelumas dibuat melalui proses yang terdiri dari beberapa tahap
kegiatan yang saling terkait.
Penelitian
yang dilakukan untuk menemukan suatu formula baru cukup kompleks dan memakan
waktu. Pada setiap tahapan kegiatan dilakukan identifikasi dari karakteristik
yang diperlukan. Sehingga dari setiap karakteristik tersebut akan diketahui
unjuk kerja dari produk yang akan dihasilkan. Pada prinsipnya pembuatan formula
pelumas baru terdiri dari 4 tahap utama yang saling berurutan yaitu :
1.
Tahap konsepsi produk yang dihasilkan
2.
Tahap seleksi base oil dan aditif
3.
Tahap pengujian-pengujian
4.
Tahap untuk mendapatkan rekomendasi atau pengakuan
dari pembuat mesin
Berikut ini akan
dijelaskan secara ringkas satu persatu tahapan di atas :
1. Konsepsi produk
yang dihasilkan
Konsepsi
pelumas merupakan tahap awal yang akan mendasari setiap langkah uji dari produk
yang dihasilkan. Dalam tahap ini dituangkan target dan harapan apa yang akan
dibebankan pada produk pelumas yang akan dihasilkan. Parameter yang digunakan
sebagai acuan dalam membuat konsepsi pelumas adalah :
a. Tujuan Pemakaian
Pelumas tersebut harus
jelas benar pemakaiannya, apakah merupakan pelumas otomotif, pelumas industry,
pelumas perkapalan ataupun pelumas penerbangan.
b. Bahan Bakar
Bahan bakar dari mesin
turut menentukan klasifikasi dari pelumas.
c. Unjuk Kerja
Kemampuan kerja dari
pelumas harus sesuai dengan tuntunan perkembangan mesin dengan arti harus
disesuaikan dengan mesin-mesin pemakainya karena adanya kecenderungan
peningkatan perobahan struktur mesin (teknologi baru)
d. Umur Pelumas
Umur pemakaian pelumas
yang diharapkan berkaitan erat dengan stabilitas komponen-komponen penyusunnya.
e. Variabel Operasi
Kondisi
kerja dari peralatan akan menentukan komposisi aditif yang harus ditambahkan,
misalnya kecepatan dimana persyaratan viskositasnya berbanding terbalik dengan
kecepatan, beban (muatan) dan tekanan dimana persyaratan viskositas berbanding
lurus dengan beban (muatan) dan tekanan. Sifat-sifat extreme pressure mungkin
diperlukan jika menghadapi beban yang berlebihan (boundary lubrication).
Selanjutnya adalah suhu dimana viskositas pelumas berbanding terbalik dengan
suhu. Hal ini berarti semakin tinggi operasi semakin rendah viskositas pelumas.
f. Compatibility
Perlu dipertimbangkan
kemungkinan adanya pengaruh pelumas terhadap bahan-bahan logam dari mesin,
interaksi dengan pelumas lain di dalam mesin, serta interaksi pelumas dengan
cat.
g. Kondisi Iklim
Suhu, tekanan dan
kelembaban udara di suatu daerah juga merupakan factor yang harus
dipertimbangkan dalam memproduksi pelumas.
h. Kemampuan Blending
Plant
Formula pelumas yang
dihasilkan haruslah dapat diproduksi oleh blending plant yang ada.
i. Nilai Ekonomis
Pelumas yang akan
dihasilkan secara ekonomis haruslah menguntungkan dan dapat memenuhi kebutuhan
konsumen.
2. Seleksi base oil
dan aditif
Setelah
diperoleh konsepsi dasar dari pelumas yang akan dihasilkan, tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis dan pertimbangan yang diperlukan untuk mendapatkan
komposisi pelumas yang mampu menghasilkan unjuj kerja pelumas seperti yang
telah dikonsepsikan, namun ekonomis dalam biaya produksinya. Pekerjaan ini
meliputi seleksi terhadap base oil dan seleksi terhadap aditif yang akan
digunakan.
Dalam
tahap ini pihak formulator mau tidak mau harus melakukan koordinasi dengan
pabrik pembuat aditif dan pabrik pengolah base oil. Sehingga dapat menentukan
aditif paling cocok sekaligus paling murah di pasaran. Landasan awal yang
mendasari pertimbangan untuk melakukan seleksi terhadap kedua komponen penyusun
tersebut adalah mengenai spesifikasi dan harga (factor ekonomi). Baru
selanjutnya dilakukan pengujian terhadap setiap karakteristik sesuai
persyaratan yang berlaku. Selain mempelajari produk berdasarkan spesifikasi
yang diberikan oleh pabrik pembuatnya, formulator juga harus melakukan analisi
di laboratorium untuk meyakinkan sifat-sifat fisika dan kimia bahan tersebut.
2.1. Seleksi Base Oil
Pengujian
sifat fisika dan kimia dari base oil juga dilakukan. Sifat fisika dan sifat
kimia base oil akan digunakan sebagai parameter pertama untuk menentukan
kecocokannya sebagai bahan dasar pelumas yang dihasilkan. Baik alat maupun
metode pengujiannya sudah dibakukan oleh ASTM. Perincian sifat-sifat yang diuji
untuk base oil adalah sebagai berikut :
·
Appearance
·
Spesific Gravity
·
Viskositas kinematik
·
Indeks Viskositas
·
Warna ASTM
·
Stabilitas warna (48 jam pada 100 deg C)
·
Titik nyala
·
Titik tuang
·
Titik kabut
·
Kandungan abu
·
Kandungan asam total
Karena
base oil adalah komponen dasar yang memberikan sifat-sifat pelumasan, maka
seleksi base oil harus diperketat agar produk yang akan dihasilkan memberikan
unjuk kerja dan klasifikasi seperti yang diharapkan.
2.2.
Seleksi Aditif
Untuk
memilih aditif yang tepat diperlukan analisis yang kompleks serta cukup memakan
waktu. Hal ini disebabkan penambahan aditif dalam pelumas dapat menimbulkan
reaksi katagonis baik dengan base oil sendiri atau dengan aditif-aditif
lainnya. Pada dasarnya suatu penelitian pengembangan produk pelumas adalah
untuk memilih komposisi yang tepat antara base oil dan aditif. Seleksi aditif
yang dimaksudkan di sini adalah seleksi awal dari banyaknya aditif yang
ditawarkan oleh pabrik pembuat aditif. Pada tahap ini factor harga dan
kontinuitas suplai dari pembuat aditif merupakan hal yang paling utama
diperhatikan. Disamping itu ada beberapa sifat yang menjadi criteria untuk
dipilih tidaknya suatu aditif diantaranya :
• Kelarutannya dalam
base oil
Kelarutan dalam base
oil adalah sifat yang utama yang harus dimiliki oleh aditif agar dihasilkan
pelumas yang homogen
• Tidak larut dalam
air
Aditif
harus tidak larut dalam air, karena antara base oil dan air adalah dua larutan
yang saling melarutkan (immiscible). Dengan tidak larutnya aditif dalam, maka
apabila pelumas tercampur dengan air maka komponen-komponen pelumas masih dapat
dipertahankan.
• Volatilitas
Kondisi operasi mesin
yang akan dilumasi menuntut agar setiap komponen dalam pelumas tidak mudah
menguap, baik karena panas maupun karena waktu.
• Stabilitas
Aditif harus tetap
stabil selama penyimpanan, selama blending maupun selama pelayanan di dalam
mesin.
• Compatibility
Aditif yang digunakan
dalam satu jenis pelumas harus saling tidak bereaksi, karena hal ini akan
mempengaruhi bahkan merusak unjuk kerja yang diharapkan.
• Warna
Warna adalah indicator
pertama yang dipakai pada pengujian appearance, sehingga warna aditif harus
jernih dan stabil.
• Fleksibilitas
Aditif yang
multifungsi lebih diutamakan karena akan memiliki daya aplikasio sangat luas.
Saat ini, aditif jenis inilah yang terus dikembangkan oleh pabrik pembuat
aditif.
• Bau
Aditif diharapkan
tidak menimbulkan bauyang merangsang. Apabila terpaksa digunakan juga, maka bau
aditif ini harus dihilangkan dengan menambahkan bahan penghilang bau tersebut.
3. Pengujian-pengujian
Rangkaian
kegiatan dalam rangka penyusunan suatu formulasi pelumas terdiri atas berbagai
tahap yang memakan waktu cukup lama serta memerlukan penelitian dan pengujian
yang hati-hati. Untuk memonitor karakteristik unjuk kerja pelumas, sifat fisika
dan kimia setiap komponen dalam formula serta mendapatkan klasifikasi dari
formula yamng akan dihasilkan perlu dilakukan pengujian yang bersifat
reproducible dan repeatable. Pengujian ini dilakukan di Bagian Litbang Pelumas
bekerja sama dengan Bagian Marketing untuk meninjau aspek ekonomi dengan pabrik
pembuat aditif dan pabrik pembuat base oil sebagai pensuplai bahan baku, serta
pabrik pembuat mesin untuk mendapatkan rekomendasi atau pengakuan.
3.1. Formulasi
Setelah
diperoleh sebuah konsepsi produk dari pelumas yang akan disusun formulanya,
pihak laboratorium kimia berkewajiban untuk menyusun formula pelumas melalui
pemilihan awal komposisi base oil dan aditif berdasarkan spesifikasi yang
diberikan oleh pabrik pembuat kedua bahan baku tersebut. Alternative komposisi
inilah yang akan diuji pada tahap-tahap berikutnya guna mengetahui unjuk kerja
yang dihasilkan.
Sifat-sifat fisika dan
kimia itu perlu diuji agar kualitas dan homogenitas pelumas yang dihasilkan
dapat dikendalikan. Sifat-sifat yang diuji di laboratorium meliputi :
a. Appearance
Appearance
adalah sifat kenampakan pelumas. Sifat ini diuji secara visual dengan mata
telanjang dimana pelumas yang terkontaminasi akan menunjukkan kenampakan yang
berbeda dengan pelumas murni. Uji ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur
biasa yang jernih, dimana hasilnya dinyatakan dengan klasifikasi jernih
(clear), bening (bright), keruh (hazy), emulsi gelap (dark), tampak bebas air,
serta terdapat suspended matter, sediment, ataupun lumpur.
b. Specific Gravity
(SG)
SG
pelumas digunakan untuk mengetahui kemurnian pelumas, karena hasil pengujian
ini akan lebih konkrit bila dibandingkan dengan uji kenampakan. Uji SG untuk
pelumas dilakukan dengan metode ASTM D-941 menggunakan alat hydrometer.
c. Viskositas
Seperti
yang telah diuraikan sebelumnya, viskositas pelumas merupakan factor penting
yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi pelumas yang diembannya. Viskositas dari
pelumas yang biasa dipakai adalah viskositas kinetic, diuji dengan metode ASTM
D 445.
d. Viskosity Indeks
(VI)
Viscosity
Indeks adalah bilangan empiris yang digunakan sebagai karakteristik viskositas
kinematik pelumas, yang bervariasi karena perubahan suhu. Harha VI suatu produk
pelumas ditentukan melalui pengukuran harga viskosita kinematik dalam dua suhu
yang jauh berbeda. Suhu yang diambil sesuai standar yang telah dibakukan yaitu
40 deg Cdan 100 deg C. Harga Viskositas indek dapat dihitung dengan menggunakan
rumus dan tabel ASTM D 2270.
e. Warna
Uji
warna untuk pelumas juga akan menunjukkan kemurniannya. Selain sebagai daya
tarik produk, warna juga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengetahui pada
tingkat awal adanya deteriorasi ataupun kontaminasi. Metode uji warna yang
dilakukan adalah ASTM D 1500-87
f. Total Base Number
(TBN)
Aditif
jenis detergent dan anti korosif memiliki sifat basa. Sifat basa ini dinyatakan
sebagai TBN . Ada 2 metode dalam menentukan TBN yaitu ASTM D 2896 dan ASTM D
4739.
g. Titik Tuang
Titik
tuang adalah suhu terendah dimana pelumas masih dapat mengalir. Sifat ini
penting untuk kemudahan penyalaan mesin pada suhu rendah terutama musim dingin
di wilayah belahan dunia yang memiliki 4 musim. Karakteristik ini diuji dengan
menggunakan metode ASTM D 97.
h. Titik Nyala
Titik
nyala adalah suhu terendah pada saat api dapat menyebabkan terbakarnya uap
pelumas. Nilai ini diperlukan untuk penanganan produk pelumas selama pengiriman
dan penimbunan. Karakteristik ini diuji dengan menggunakan metode ASTMD 92
(Cleveland Open Cup) dan ASTM D 93 (Pensky Martens Close Cup).
i. Foaming
Characteristic
Kecenderungan
pelumas untuk membentuk foam pada pemakaiannya di dalam mesin akan
mengakibatkan masalah karena hilangnya sifat-sifat pelumasan. Masalah ini
sangat serius terutama pada high speed gearing, high volume pumping, spash
lubricant dan lain-lain. Dengan demikian karakteristik pembentukan foam pada
pelumas perlu dikendalikan.
j. Uji Korosifitas
Terhadap Tembaga
Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelumas mengandung komponen yang korosif
terhadap logam Cu. Sifat korosif ini diuji menggunakan metode ASTM D 130 yang
hasilnya diklasifikasikan dalam 4 kelas yaitu agak buram (slight tarnish),
buram (moderate tarnish), buram gelap (dark tarnish), dan korosi.
k. Kandungan Air
Air di
dalam pelumas tidak dikehendaki, karena selain akan menurunkan viskositas juga
bersifat korosif terhadap logam. Untuk mengukur besarnya kandungan air dalam
pelumas digunakan metode ASTM D 95 dan nilainya dinyatakan dalam % volume.
l. Angka Pengendapan
Angka
pengendapan (precipitation number) dinyatakan sebagai ml endapan yang terbentuk
dari 10 ml pelumas yang dicampur dengan 90 ml naphta. Angka ini diperlukan
untuk mengetahui jumlah komponen yang tidak larut dalam solvent naphta.
Pengujian ini dilakukan dengan metode ASTM D 91-61, dan hasilnya akan
menunjukkan adanya resin, abu, dan debu di dalam pelumas.
m. Tes Oksidasi
Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan pelumas untuk teroksidasi di bawah
kondisi tertentu. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan harga viskositas
dan TBN di saat sebelum dan sesudah pengujian.
n. Conradson Carbon
Residue (CCR)
Pengujian
terhadap CCR akan menunjukkan indikasi terbentuknya deposit carbon di dalam
ruang pembakaran. Bila sebagian kecil dari pelumas terbakar di ruang
pembakaran, maka deposit karbon yang terbentuk akan meninggalkan kerak yang
tetap membara bahkan pada saat mesin telah dimatikan. Kerak yang membara ini
selanjutnya akan mempercepat keausan logam di ruang bakar baik karena panas
maupun karena gesekan. CCR ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D 189 dan
harganya dinyatakan dalam % berat.
o. Kandungan Abu
Kandungan
abu dalam pelumas berasal dari logam yang memang terdapat dalam pelumas. Abu
tersebut sebagian besar akan keluar dari ruang pembakaran sebagai asap
bersama-sama dengan abu hasil pembakaran bahan bakar. Keberadaan abu dalam
pelumas tidak disenangi karena akan mempercepat proses pengikisan, dan bila
terlalu banyak akan membentuk deposit di ruang bakar. Penentuan kandungan abu
dilakukan dengan 2 metode yaitu metode ASTM D 482 (abu langsung) dan metode
ASTM D 874-84 (abu yang disulfatkan) dan hasilnya dinyatakan dalam % berat.
Selain
kelimabelas macam pengujian standar yang yang telah disebutkan diatas,
laboratorium kimia juga diperlukanuntuk melakukan analisis elementer
(logam-logam dalam pelumas), analisi struktur molekul, dan analisis kemurnian
aditif. Bahkan juga untuk analisis-analisis terhadap interaksi kimiawi antara
aditif dengan base oil ataupun antar aditif di dalam pelumas. Pada dasarnya
formulasi harus mempertimbangkan interaksi dan kompetisi antar aditif serta
unjuk kerja dan kelarutan tiap-tiap aditif. Akibat-akibat sampingan yang tidak
diharapkan harus ditanggulangi agar dicapai unjuk kerja pelumas yang optimal.
3.2. Uji Bangku
Setelah
melewati tahap pengujian di laboratorium dan diperoleh komposisi yang paling
memungkinkandari berbagai alternative yang ada, sampel formula pelumas harus
menjalani serangkaian uji karakteristik untuk mengamati unjuk kerjanya pada
mesin. Namun karena uji pada mesin standar membutuhkan peralatan yang kompleks
dan biaya yang cukup mahal, maka diupayakan semacam uji simulasi untuk
menyaring sebelum kandidat pelumas menjalani uji yang sebenarnya pada mesin
standar. Uji simulasi ini dikenal dengan sebutan Uji Bangku (Bench Test) yang
dikembangkan pertama kali di Eropa.
Uji
bangku membutuhkan waktu yang lebih cepat, tempat yang sempit, dan biaya yang
lebih murah dibandingkan dengan uji mesin standar. Disebut uji bangku, karena
alat pengujian ini umumnya berukuran kecil sehingga dapat diletakkan pada meja
seperti bangku. Sebenarnya uji sifat fisika kimia pelumas di laboratorium kimia
juga dapat dikatakan sebagai uji bangku.
Saat
ini pengembangan metode dan jenis-jenis uji bangku merupakan prioritas utama
perhatian para formulator pelumas agar diperoleh hasil pengujian yang semakin
mendekati hasil uji pada mesin standar. Setelah menjalani uji bangku, sampel
pelumas dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dimonitor sifat fisika dan
kimia dari komponen-komponen penyusunnya. Jadi, sebenarnya tahap Uji Bangku ini
tidak berdiri sendiri karena merupakan satu rangkaian pengujian dengan Uji
Laboratorium. Masalah yang timbul pada salah satu pengujian akan dapat terbantu
pemecahannya berdasarkan pengujian yang lain. Apabila kedua uji ini menunjukkan
hasil tidak seperti yang diharapkan, maka kandidat pelumas harus kembali ke
tahap formulasi lagi.
3.3. Uji Mesin Standar
Internasional
Apabila
kandidat pelumas telah lolos saringan pada uji bangku, maka masih harus
melewati pengujian yang sebenarnya yaitu pada mesin uji standar yang telah
dibakukan baik jenis mesin ataupun metodenya untuk tiap-tiap klasifikasi
pelumas. Karena setiap aspek hasil pelumasan pada mesin harus diamati dengan
cermat, maka untuk keperluan pengujian ini setiap komponen dari mesin uji
standar harus baru dan sesuai dengan spesifikasi. Dengan demikian dapatlah
dimengerti mengapa biaya pengujian dengan menggunakan mesin standar ini menjadi
sangat mahal. Disamping itu waktu pengujian juga relative lama, sehingga
pengujian ini betul-betul baru dilaksanakan apabila formulator sudah yakin
dengan karakteristik unjuk kerja pelumas yang diperoleh pada tahap uji bangku.
Telah diketahui bahwa
klasifikasi untuk minyak pelumas sangat banyak, tergantung pada bidang
penggunaannya. Sebagai contoh untuk pelumas otomotif paling tidak ada lima
badan yang memberikan klasifikasi yaitu :
• API = American
Petroleum Institute
• SAE = Society of
Automotive Engineer
• MVMA = Motor Vehicle
Manufacturing Association
• JAMA = Japan
Automotive Manufacturing Association
• MIL = US Military
Specification
Dengan beragamnya
klasifikasi tersebut, maka mesin uji standar juga menjadi sangat beragam.
3.4. Uji Lapangan
Apabila
kandidat pelumas telah lolos dalam pengujian menggunakan mesin uji standar,
maka pengujian terakhir yang masih harus dilakukan oleh formulator pelumas
adalah Uji Lapangan. Pada tahap ini sebenarnya pelumas formula baru sudah layak
untuk diproduksi, namun uji lapangan ini perlu dilakukan karena dapat menjadi
sarana pengenalan produk baru tersebut kepada calon konsumen ataupun pembuat
mesin.
Pada
tahap ini dipilih secara acak mesin-mesin yang akan diuji, tanpa memperhatikan
apakah mesin tersebut baru ataukan lama. Semakin banyak variasi merk mesin yang
digunakan, semakin aktuallah hasil yang akan diperoleh. Mesin-mesin yang
dipakai untuk menguji pelumas itu dioperasikan secara bervariasi, ada yang
dioperasikan secara normal dan ada yang dioperasikan dalam kondisi ekstrim.
Factor-faktor yang merupakan variable dalam pengujian ini adalah kecepatan,
muatan (beban) dean tekanan, suhu, kondisi (umur) mesin serta keadaan alam
lingkungan yaitu suhu, udara, api, radiasi zat radioaktif dan kontaminasi. Pada
tahap ini analisis statistic akan banyak berbicara dan mendukung pengolahan
data-data yang akan diperoleh.
4. Rekomendasi atau
pengakuan dari pembuat mesin
Apabila
uji lapangan telah berhasil, dan pengakuan klasifikasi dari badan yang
berwenang telah didapatkan, maka produsen pelumas bisa berupaya mendapatkan
rekomendasi atau pengakuan dari pabrik pembuat mesin. Tahap ini sudah bukan
merupakan rangkaian kegiatan dari formulator pelumas, karena lebih banyak
dikerjakan oleh bagian pemasaran. Rekomendasi atau pengakuan ini bertujuan
untuk membantu kegiatan pemasaran dari produk tersebut. Untuk mendapatkan
rekomendasi atau pengakuan, jelas diperlukan suatu hubungan kerja sama yang
erat dan salingbahu membahu antara pabrik pembuat mesin dengan pabrik pembuat
pelumas. Kedua belah pihak saling bekerja sama dan berupaya agar kemajuan
teknologi di bidang permesinan selalu dapat seiring dengan kemajuan teknologi
di bidang pelumasan. Dengan demikian unjuk kerja mesin-mesin dapat maksimal
seperti yang diharapkan, dan tuntutan konsumen dapat diutamakan.
B.
Pengertian Pelumas
Pelumas (lubricant atau sering disebut lube) adalah suatu bahan (biasanya berbentuk cairan) yang berfungsi untuk
mereduksi keausan antara dua permukaan benda bergerak yang saling bergesekan.
Suatu bahan cairan dapat dikategorikan sebagai pelumas jika mengandung bahan
dasar (bisa berupa oil based atau water/glycol based) dan paket aditif.
Pelumas
adalah
zat kimia, yang umumnya
cairan, yang
diberikan di antara dua benda bergerak untuk mengurangi
gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu
105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90%
minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama
adalah
oli mesin yang dipakai pada
mesin pembakaran
dalam.
Pelumas mempunyai tugas pokok untuk mencegah atau mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara
dua permukaan logam yang saling bergesekan sehingga keausan dapat
dikurangi, besar tenaga yang diperlukan akibat gesekan dapat dikurangi dan
panas yang ditimbulkan oleh gesekan pun akan berkurang.
Pelumas
dapat dibedakan type/jenisnya berdasarkan bahan dasar (base oil), bentuk fisik,
dan tujuan penggunaan.
- Dilihat dari bentuk fisiknya :
a. Minyak pelumas (lubricating oil)
b. Gemuk pelumas (lubricating grease)
c. Cairan pelumas (lubricating fluid)
- Dilihat dari bahan dasarnya :
a. Pelumas dari bahan nabati atau hewani
b. Pelumas dari bahan minyak mineral atau minyak bumi
c. Pelumas sintetis
- Dilihat dari penggunaannya :
a. Pelumas kendaraaan
b. Pelumas industri
c. Pelumas perkapalan
d. Pelumas penerbangan
- Dilihat dari pengaturan atau pengawasan
mutunya :
a. Pelumas kendaraan
bermotor :
-Minyak pelumas motor kendaraan baik motor bensin
/diesel
-Minyak pelumas untuk transmisi
-Cairan pelumas transmisi otomatis dan sistim
hidrolis (Automatic transmission fluid & hydraulic fluid)
b. Pelumas motor diesel untuk
industri :
-Motor diesel
putaran cepat
-Motor diesel putaran sedang
-Motor diesel putaran lambat
c. Pelumas untuk motor mesin 2
langkah :
-Untuk
kendaraan bermotor
-Untuk perahu motor
-Lain lain ( gergaji mesin, mesin pemotong rumput )
d. Pelumas khusus
Jenis pelumas ini banyak ragamnya yang penggunaannya sangat spesifik
untuk setiap jenis, diantaranya
adalah untuk senjata api, mesin mobil balap, peredam kejut, pelumas rem,
pelumas anti karat, dll.
A. Fungsi dan tujuan
pelumasan
Pada
berbagai jenis mesin dan peralatan yang sedang bergerak, akan terjadi peristiwa
pergesekan antara logam. Oleh karena itu akan terjadi peristiwa pelepasan
partikel partikel dari pergesekan tersebut. Keadaan dimana logam melepaskan
partikel disebut aus atau keausan. Untuk mencegah atau mengurangi keausan yang
lebih parah yaitu memperlancar kerja mesin dan memperpanjang usia dari mesin
dan peralatan itu sendiri, maka bagian bagian logam dan peralatan yang
mengalami gesekan tersebut diberi perlindungan ekstra.
1). Tugas pokok pelumas
Pada
dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau mengurangi
keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam yang satu
dengan permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat
dikurangi, permukaan logam yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga yang
diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas yang ditimbulkan oleh gesekan
akan berkurang.
Fungsi utama pelumas dalam melayani mesin meliputi hal berikut :
1. Mengendalikan Gesekan
Gesekan pada komponen-komponen yang bekerja pada sistem pelumasan
akan menimbulkan panas, sehingga dapat memicu timbulnya keausan yang berlebih.
Seperti diketahui, pelumas dapat bekerja dalam tiga daerah pelumasan, yaitu
pelumasan batas, pelumasan selaput fluida, dan pelumasan hidrodinamika. Dimana
viskositas merupakan sifat yang langsung memberi pengaruh pada gesekan. Semua
bentuk panas yang timbul pada bantalan hasil gesekan harus dihilangkan pada
saat sistem itu telah mencapai suhu operasi yang stabil.
2. Mengendalikan Suhu
Dalam mengendalikan suhu, sistem temperatur pelumas secara langsung
menyesuaikan dan bereaksi pada suhu komponen yang memanas akibat bekerja satu
sama lain. Ketika terjadi hubungan antara logam dengan logam, banyak panas yang
diserap, sehingga pelumas berperan sangat penting membantu proses penyerapan
panas dengan cara mentransfer permukaan yang mempunyai suhu tinggi dan
memindahkannya ke media lain yang suhunya lebih rendah. Tugas ini memerlukan
sirkulasi pelumas dalam jumlah banyak dan konstan.
3. Mengendalikan Korosi
Tingkat perlindungan korosi yang diberikan tergantung pada
lingkungan di tempat permukaan logam yang dilumasi itu bekerja. Jika mesin itu
bekerja di dalam ruangan dengan kondisi kelembaban yang rendah dan tidak ada
kontaminasi dari bahan yang korosif, kemungkinan tidak terjadi korosi. Adanya
kontaminasi yang korosif pada operasi mesin, membuat upaya mengendalikan korosi
menjadi lebih sulit. Sehubungan dengan itu, pelumas yang digunakan dalam mesin
harus memberi kemampuan perlindungan korosi dalam tingkat yang sangat tinggi.
Yang perlu dipertimbangkan dalam mengatasi korosi pada mesin yang bekerja pada
lingkungan yang korosif di udara terbuka adalah pengaruh kontaminasi terhadap
sifat pelumas itu sendiri. Kemampuan pelumas untuk mengendalikan korosi adalah
langsung berhubungan dengan ketebalan selaput pelumas yang tetap ada pada
permukaan logam dan komposisi kimia pelumas. Bahan yang biasanya digunakan
untuk aditif penghindar korosi adalah surfaktan.
4. Mengendalikan Keausan
Keausan yang terjadi pada sistem pelumasan disebabkan oleh 3 (tiga)
hal, yaitu abrasi, korosi, dan kontak antara logam dengan logam. Keausan abrasi
biasanya disebabkan oleh partikel padat yang masuk ke lokasi pelumas itu
berada. Bentuk keauasan abrasi adalah torehan (scoring) dan garukan
(starching). Keausan yang diakibatkan karena korosi umumnya disebabkan oleh
produk oksidasi pelumas. Pemrosesan yang lebih sempurna dengan menambahkan
aditif penghindar oksidasi dapat mengurangi terjadinya kerusakan pelumas. Keausan
juga disebabkan oleh terjadinya kontak antara logam dan logam yang merupakan
hasil rusaknya selaput pelumas. Singkatnya, sesuatu yang menyebabkan permukaan
logam yang dilumasi saling mendekat sehingga terjadi kontak antara satu
permukaan dengan permukaan lainnya menyebabkan timbulnya keausan.
5. Mengisolasi Listrik
Pada beberapa penggunaan khusus, pelumas dituntut untuk bersifat
sebagai isolator listrik. Untuk tetap mendapatkan nilai isolasi maksimal,
pelumas harus dijaga tetap bersih dan bebas air. Pelumas harus tidak mengandung
aditif yang menimbulkan proses elektrolisis jika terkena sejumlah air.
6. Meredam Kejutan
Fungsi dari pelumas sebagai fluida peredam kejutan dilakukan dengan
2 (dua) cara. Pertama, yang sangat dikenal adalah memindahkan tenaga mekanik ke
tenaga fluida seperti dalam peredam kejut otomotif (shock absorbser). Dalam hal
ini, vibrasi atau osilasi tubuh kendaraan menyebabkan piston yang berada di
dalam silinder fluida yang tetutup bergerak naik turun. Fluida bergerak
mengalir dari sisi piston ke sisi yang melewati suatu celah dengan
menghilangkan tenaga mekanik melalui gesekan fluida. Untuk itu, biasanya
digunakan pelumas dengan indeks viskositas yang tinggi. Mekanisme kedua yang
berperan dalam meredam kejutan fungsi pelumas adalah perubahan viskositas
terhadap tekanan.
7. Pembersih Kotoran
Pelumas disebut sebagai pembersih atau pembilas kotoran yang masuk
di dalam sistem karena adanya partikel padat yang terperangkap diantara
permukaan logam yang dilumasi. Hal ini benar-benar terjadi pada jenis mesin
internal-combution, dimana aditif detergen-dispersan digunakan untuk melumatkan
lumpur dan membawanya dari karter ke saringan yang dirancang untuk menepis
partikel padat yang dapat menimbulkan keausan.
8. Memindahkan Tenaga
Salah satu peningkatan fungsi pelumas modern adalah media hidrolik.
Peralatan otomatis pada kendaraan merupakan salah satu contoh meningkatnya
kompleksitas persyaratan pelayanan pelumas. Pelumas ini menunjukan penggunaan
terbesar fluida pemindah tenaga (power-transmission fluids), menjadi suatu
kebutuhan yang utama untuk menggunakan pelumas yang baik, dan sifat-sifat
hidrolik merupakan hal yang juga harus dipertimbangkan.
9. Membentuk Sekat
Minyak Pelumas sendiri bersifat sebagai sekat, yaitu pelumas yang
tinggi viskositasnya akan berfungsi sebagai sekat dari celah yang lebih lebar.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk mesin yang sudah tua menggunakan pelumas
mesin yang memiliki viskositas lebih tinggi dari normalnya. Hal ini disebabkan
jarak bebas atau clearance mesin tua lebih lebar dari mesin yang baru.
2) Tugas tambahan pelumas
Selain mempunyai tugas
pokok, pelumas juga berfungsi sebagai penghantar panas. Pada mesin mesin dengan
kecepatan putaran tinggi, panas akan timbul pada bantalan bantalan sebagai
akibat dari adanya gesekan yang banyak. Dalam hal ini pelumas berfungsi sebagai
penghantar panas dari bantalan untuk mencegah peningkatan temperatur atau suhu
mesin.
Suhu yang tinggi akan
merusak daya lumas. Apabila daya lumas berkurang, maka maka gesekan akan
bertambah dan selanjutnya panas yang timbul akan semakin banyak sehingga suhu
terus bertambah. Akibatnya pada bantalan bantalan tersebut akan terjadi
kemacetan yang secara otomatis mesin akan berhenti secara mendadak. Oleh karena
itu, mesin mesin dengan kecepatan tinggi digunakan pelumas yang titik cairnya
tinggi, sehingga walaupun pada suhu yang tinggi pelumas tersebut tetap stabil
dan dapat melakukan pelumasan dengan baik.
c. Mengenal karakter dan kerja pelumas
mesin
Sebagai pelindung benda logam pada mesin, pelumas memiliki peran penting.
Awet atau tidaknya, mesin bisa diukur dari bagaimana kita mengenal dan
memperlakukannya
Minyak pelumas juga berfungsi membersihkan permukaan dinding silinder terhadap
oksida-oksida, karbon, dan kerak-kerak hasil pembakaran sehingga membawa
kotoran-kotoran yang ada di dalamnya. Jadi kualitas minyak pelumas juga
menyatakan kemampuannya untuk membersihkan. Saat ini, sudah beredar
pelumas yang bisa membersihkan mesin kendaraan
Dengan,kandungandetergen.
Beberapa pelumas memiliki formula khusus yang aktif mengunci partikel carbon
agar tidak terjadi penumpukan. Formula ini berupa aditif yang terkandung dalam
pelumas. Aditif diperlukan karena minyak dasar (base oil) penyulingan dari
minyak mentah, tidak bisa langsung dipakai sebagai pelumas, dan harus ditambah
aditif. Aditif sendiri mengandung larutan pembersih kotoran pada logam. Bahan
pembersih itu antara lain adalah detergen yang berfungsi membersihkan kotoran
jelaga hasil oksidasi karbonisasi pembakaran.
Mekanisme kerja detergen, deposit yang terlarut dalam pelumas, diikat membentuk
partikel yang tidak dapat bercampur bersama larutan pelumas dan disaring oleh
penyaring pelumas (filter oil). Untuk itu disarankan melakukan penggantian
filter oil secara rutin. Bahan pembersih pelumas (detergent) biasanya
menggunakan bahan kimia Sulfonat (Ba. Ca). Phossphat,danlainnya Untuk
memastikan sistem aditif detergen pelumas bekerja dengan baik, dapat dilihat
pada saat mengganti pelumas
Bila pelumas tidak mengandung aditif ditergen, tanda-tandanya berwarna cerah
atau agak cerah. Kemudian ada jelaga tebal pada saat klep mesin dibuka. Selain
itu, deposit karbon mengeras pada alur ring piston dan sekitarnya.
Jika pelumas berwarna agak gelap, gelap, bahkan kotor, berarti sistem aditif
detergen pada pelumas bekerja baik. Warna itu menunjukkan banyaknya kotoran
deposit berwarna hitam yang terbawa atau larut pada pelumas. Bisa pula dilihat
dari alur ring piston dan sekitarnya yang nampak bersih.
Terkadang sering juga ditemui pelumas yang baru dibeli cepat kotor atau
warnanya menghitam. Meskipun minyak pelumas menjadi kotor dengan cepat, tetapi
minyak pelumas masih dapat dipergunakan asalkan kekentalannya tidak banyak
berubah
Namun demikian, apabila di dalam minyak yang kotor terdapat butiran-butiran
halus yang mengkilap, maka minyak pelumas harus cepat diganti. Hal tersebut
menunjukkan adanya serbuk logam yang terjadi karena adanya keausan dari
bantalan-bantalan, dinding silinder serta bagian-bagian mesin lainnya. Apabila
minyak pelumas tersebut masih dipakai juga, dikhawatirkan akan terjadi
kerusakan yang lebih berat.
Khusus pada mesin baru atau komponen mesin yang diganti baru seperti
dinding silinder, torak, atau bantalan, umumnya akan muncul serbuk-serbuk
logam. Ini merupakan gejala normal karena pelumas melakukan adaptasi daengan
komponen yang baru tersebut. Hal inilah yang menyebabkan mengapa penggantian
minyak pelumas dalam tahap-tahap awal harus dilakukan dalam waktu yang lebih
singkat
D.
Karakteristik Minyak Pelumas
Tribology
Tribology adalah ilmu pelumasan, dan pelumas yang diproduksi dengan tujuan
dimana semua gesekan perlu diatasi. Karena berbagai keadaan dimana gesekan
terjadi pada suhu tinggi/rendah, putaran dan tekanan, dengan adanya air atau
asam yang bersifat korosif, pada kondisi vakum total atau lingkungan
radioaktif, produsen minyak pelumas harus ahli dalam ilmu formulasi pelumas.
Semua pelumas umum terdiri dari satu atau lebih bahan dasar, baik dari minyak
mentah atau sintetis, ditambah campuran aditif (bahan kimia), sehingga memberikan
kualitas yang baik sesuai kebutuhan.
Memahami bagaimana
pelumas bekerja, pertama-tama perlu mempertimbangkan sifat dari dua permukaan
yang akan dilumasi.
Setiap mesin akan
mengalami perubahan kecil pada komponen-komponen permukaannya. Sifat dari
penyimpangan ini akan bervariasi tergantung pada proses permesinan misalnya
rolling, turning, grinding, milling, tetapi efeknya adalah sama. Berdasarkan
pemeriksaan mikroskopis, permukaan akan tampak kasar. Ketika dua permukaan
tersebut dipaksa untuk bergesekan satu sama lain, akan terjadi gaya yang
menolak tindakan geser. Gesekan ini akan mengubah permukaan menjadi distorsi,
scuffing, microwelding dan akhirnya robek/retak. Sebuah mesin yang dioperasikan
dalam kondisi seperti itu tidak akan bertahan lama.
Bila pelumas tersebar rata di atas permukaan, maka akan mengisi ruang
antara dua permukaan, sehingga terbentuk lapisan film yang merata. Pergerakan
jauh lebih mudah sehingga membantu permukaan untuk bergerak satu sama lain.
Kondisi ini disebut pelumasan batas (boundary lubrication) dan merupakan ciri
khas dari pelumas yang ada di bearing putaran lambat atau pelumas gemuk slide
ways.
Jika permukaan
bergerak relatif cepat, dan pelumas cukup, maka pelumas ini akan menyeret
antara permukaan, dan mengisi ruang antara. Salah satu permukaan dipaksa untuk
‘terbang’ akibat dari gaya ke atas yang dihasilkan oleh tekanan dalam film
pelumas. Jika cukup gaya angkat yang dihasilkan, maka permukaan cukup terpisah
untuk memastikan bahwa tidak ada kontak metal terjadi dan ini mengakibatkan
usia mesin menjadi tak terbatas dengan asumsi mesin tidak pernah berhenti.
Kondisi ini disebut pelumasan hidrodinamik dan merupakan pelumasan yang
diinginkan produsen mesin yang menginginkan sedikit wear dan friction.
Ji
ka semua gerakan relatif
antara permukaan berhenti, maka pelumas secara perlahan keluar dari antara
permukaan dan syarat pelumasan batas (boundary lubrication) ditetapkan. Gesekan
akan meningkat menjadi wear. Alasan inilah yang menjadikan keausan terjadi di
bantalan jauh lebih tinggi saat mesin start-up sebelum kondisi pelumasan
hidrodinamik benar-benar
terbentuk, daripada
ketika mesin dioperasikan pada kecepatan desain dan tekanan pelumas yang telah
direncanakan.
Parameter yang paling penting dari pelumas adalah viskositas.
Viskositas adalah ukuran kekentalan atau kemampuan untuk mengalir. Viskositas
pelumas mengontrol ketebalan lapisan oli pada kondisi pelumasan hidrodinamik.
Pelumas menjadi lebih tipis bila keadaan panas dan viskositas selalu
berhubungan dengan suhu. Hubungan antara viskositas pelumas dengan perubahan
suhu disebut Viskositas Indeks (VI). Semakin tinggi VI, semakin rendah
perubahan viskositas terhadap suhu. Rentang VI untuk minyak mineral biasa
adalah 95-105. Kadang-kadang VI dapat ditingkatkan dengan menambahkan
polimer kedalam pelumas, biasanya sering digunakan untuk pelumas multigrade
dalam aplikasi mesin otomotif dan sistem hidrolik
Karakteristik dari minyak pelumas menggambarkan kemampuan
pelumasannya. Sifat –sifat dari pelumas tersebut adalah:
1. Kekentalan (viscosity)
Kekentalan merupakan sifat terpenting dari minyak
pelumas, yang merupakan ukuran yang menunjukan tahanan minyal terhadap suatu
aliran. Minyak pelumas dengan viskositas tinggi adalah kental, berat dan
mengalir lambat. Ia mempunyai tahanan yang tinggi terhadap geraknya sendiri
serta lebih banyak gesekan di dalam dari molekul-molekul minyak yang
saling meluncur satu diatas yang lain. Jika digunakan pada bagian-bagian mesin
yang bergerak, minyak dengan kekekantalan tinggi kurang efisien karena
tahanannya terhadap gerakan. Sedangkan keuntungannya adalah dihasilkan lapisan
minyak yang tebal selama penggunaan.
Minyak dengan kekentalan rendah mempunyai geekan didalam
dan tahanan yang kecil terahdap aliran. Suatu minyak dengan kekentalan rendah
mengalir lebih tipis. Minyak ini dipergunakan pada bagian peralatan yang
mempunyai kecepatan tinggi dimana permukaannya perlu saling berdekatan seperti
pada bantalan turbin.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran
fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang
lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan– bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton
menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos
sebagai :
Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan
sehubungan dengan gesekannya.
Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana
perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan.
Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang
sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut.
Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh
lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang
bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak
memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang
bekerja pada lapisan fluida.
1.
Index kekentalan
Redwood viscometer
Kekentalan minyak pelumas akan berubah sesuai keadaan
temperatur dan tekanannya. Kekentalan akan berkurang jika temperatur naik.
Viskositas index adalah suatu ukuran yang menyatakan berat banyak kekentalan.
Jumlah pertambahan kekentalan tersebut dibandingkan dengan kekentalan dari dua
jenis minyak yang telah diketahui besarnya. Index kekntalan dinyatakan dari
angka 0 sampai 100. Temperatur suatu peralatan sangat menentukan pemilihan
jenis minyak pelumas. Jika temperatur kerja minyak terlalu tinggi, maka
kekentalannya akan terlalu rendah untuk memberikan pelumasan yang diperlukan.
2. Titik lumer
Titik lumer adalah suatu temperatur dimana minyak mulai
mengalir. Minyak pelumas yang digunakan didalam suatu sistem pendinginan atau
dalam suhu dingin harus mempunyai titik lumer yang rendah
3. Titik nyala
Titik nyala adalah suatu temperatur dimana pencampuran
uap minyak dengan udara baru mulai terbakar tidak akan menyala.
4. Titik bakar dan kandungan asam.
Titik bakar adalah suatu temperatur dimana minyak akan
menyala terus paling sedikit lima detik jika dibakar. Jenis minyak pelumas yang
digunakan untuk melayani temperatur tinggi harus mempunyai titik tuang dan
titik bakar yang tinggi.
5. Kandungan Asam
Penentuan kandungan asam yang terdapat pada minyak
merupakan cara yang baik untuk mengetahui lama penggunaan minyak, dimana
jumlahnya dinyakan dengan angka-angka netralisasi keasaman minyak akan
bertambah terjadinya penguraian terhadap sifat-sifat minyak. Pengukuran
terhadap jumlah asam dapat memberikan informasi terhadap perlunya penggantian
peralatan minyak.
E.
SAE (Society of Automotive Engineers, Inc.)
SAE adalah kode tingkat
kekentalan oli dengan standarisasi internasional. Contoh : SAE 10w-40 angka
menandakan tingkat kekentalan oli tersebut. Makin besar angkanya berarti semakin kental olinya
. 
Huruf W sendiri singkatan dari “Winter”. Artinya oli tersebut memiliki
angka kekentalan 10 pada suhu dingin, dan angka 40 pada suhu panas. Oli yang
memiliki dua angka kekentalan disebut multigrade. Sedang yang satu
angka disebut singlegrade atau monograde.
.
Kekentalan merupakan salah satu
sifat karakteristik fisik oli mesin yang sangat penting. Dalam istilah oli mesin
kekentalan biasa dikenal sebagai viskositas. Sebenarnya viskositas ga sama
dengan kekentalan.Tingkat kekentalan suatu oli mesin mengacu pada lembaga SAE
berdasarkan table SAE J 300 th
1999.
Ada sekitar 30 jenis kekentalan SAE
yg dikenal selama ini, diantaranya seperti SAE SAE 40, SAE 10w, SAE 20w50,SAE 15w50,SAE 10w40,SAE 15w40 dan
seterusnya. Selama ini mungkin para biker hanya tahu kalau tingkat SAE itu Cuma
membedakan encer dan kentalnya suatu oli mesin.
Padahal makna SAE sesungguhnya lebih
dari itu . Makna yang mungkin tidak terfikirkan selama iniMakna yang justru
paling menentukan bagi nasib kondisi mesin motor Anda!!!
Pertanyaannya sekarang :
Apa makna sesungguhnya dari kode SAE tersebut?
yang mana tingkat kekentalan oli mesin yang cocok untuk motor?SAE20w50,10w40,15w40 atau 15w50?
Benarkah kalau tarikan enteng pake
oli encer, menandakan oli yang dipake cocok untuk motor Kita?
Sekarang mari kita coba bahas satu
persatu tingkat kekentalan oli mesin yang ideal buat motor!! Umumnya tingkat
kekentalan untuk motor, bila dilihat dari kondisi iklim di Indonesia , performa
mesin dan hasil pengujian,idealnya dapat dibagi 4 jenis yaitu: SAE 20w50, 10w40, 15w40, atau 15w50. Sekarang
Kita lihat kelebihan dan kekurangan masing-masing tingkat. SAE ini.
a. SAE20w50
Makna sesungguhnya : oli mesin yang
masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -10 sd -15 C (kode 20w) dan pada
suhu 150 c dengan tingkat kekentalan tertentu . Oli jenis ini relatif kurang
efisien dalm pemakain BBM namun sangat baik dlm perlindungan /perawatan mesin,
khususnya untuk kondisi jalan di Jakarta yang sering macet, jarang brjalan jauh
, polusi dan beban berat. pada kondisi ini dikenal dengan istilah boundary lubrication, dimana pada
kondisi tersebut.
Lapisan oli sangat tipis diantara
celah mesin yang cenderung berpotensi terjadinya kontak antara logam dengan
logam. Oli jenis ini relatif paling kecil nilai viskositas indeksnya (VI),
diantara 3 jenis oli lainnya (minimal untuk.oli mineral/semi sintetis 120, untuk. sintetis 145). Semakin banyak
aditiv viscosity index improver,
semakin sensitif oli /kurang baik buat mesin motor -utamanya terhadap stress di
gear.
VI= ukuran kemampuan suatu oli mesin
dalam menjaga kestabilan kekentalan oli mesin dalam rentang suhu dingan sampai
tinggi. Semakin tinggi VI semakin baik kestabilan kekentalannya.untuk oli
mobil, VI tinggi akan sangat baik dimesin. untuk motor bisa sebaliknya.
b. SAE15w50
Makna sesungguhnya : oli mesin yang
masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin (minus) -15 sd -20 C (kode 15w) dan
suhu 150 c dengan tingkat.kekentalan tertentu . Jenis oli relatif sama dengan
SAE20w50.Sedikit yang membedakan adalah sedikit lebih encer dan nilai VI lebih
tinggi dari 20w50. (minimal untuk.oli mineral 130, untuk. sintetis 150)
Semakin tinggi nilai VI artinya
adlah semakin banyak pemakaian aditif peningkat angka VI. untuk motor hal ini
sangat riskan. Aditif ini relatif sensitif digunakan untuk motor yang
menyatukan oli mesin dan gigi (wet clutch).Artinya oli jenis ini relatif lebih
mudah berubah kekentalannya dibandingkan 20w50.
c. SAE10w40
Makna sesungguhnya : oli mesin yang
masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -20 sd -25 C (kode 10w) dan suhu
150 C dengan tingkat.kekentalan tertentu . Jenis Oli yang relatif paling encer
diantaranya ke3 jenis oli lainnya. Oli ini relatif paling irit BBM, namun
kurang baik dalam perlindungan mesin.
Terutama pada kondisi jalan sering
macet dan beban berat (misal, sering dipake boncengan) Relatif sama dengan SAE
15w50 , dalam hal pemakaian aditif peningkat angka VI. (minimal untuk.oli
mineral 130, untuk. sintetis 150) Apakah berarti paling bagus? Belum tentu !
Semakin banyak kandungan aditif peningkat angka VI, semakin besar kemungkinan
peluang pecahnya aditif VI-nya dan berubah kekentalannya.
Ukuran perubahan kekentalan oli
biasanya dipakai batasan sampai 25-30% dari kekentalan awal /oli baru. Agak
sulit memang indikatornya soalnya Cuma laboratorium yang bisa memastikan hal
ini.
d. SAE15w40
Makna sesungguhnya : oli mesin yang
masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -15 sd -20 C (kode 15w) dan suhu
150 C dengan tingkat kekentalan tertentu. Nilai VI ,minimal untuk.oli mineral
125, untuk. sintetis 145. Hasil pengujian di motor sebenarnya menunjukkan oli
jenis ini yang paling pas.
Oli jenis ini relatif paling stabil
kekentalannya dibandingkan yang lainnya. Masalahnya oli jenis ini jarang
diaplikasikan untuk motor. Biasanya jenis SAE ini, dipakai untuk kendaraan
jenis mesin disel, yang membutuhkan kestabilan kekekentalan dalam jarak jauh
dan kondisi ekstrim pada mesin disel.
Sebagai tambahan aditif Vi adalah
senyawa kimia kopolimer -rantai
panjang- yang mampu beradaptasi pada suhu rendah dan tinggi tetapi sensitif
terhadap stress di gear..
Selain hal di atas, hal yang terkait dengan perlindungan mesin motor adalah
faktor tingkat kode API dan
kode JASO MA.
Jenis SAE lainnya sah2 saja dipake
sejauh Anda tahu dan paham menyiasati oli tersebut. Namun untuk kondisi di
Indonesia dan performa motor wet clutch, tingkat SAE diats ga ada
salahnya-alias kudu- jadi prioritas pilihan Anda. Namun tentu semuanya kembali
kepada Anda semuanyamana menurut Anda yang paling cocok untuk tunggangan Anda.
tetapi yang palig penting lagi dari semua hal diats proporsinal-lah dalam
menyiasati oli mesin.
F.
API Service (American Petroleum Institute)
Sistem klasifikasi ini merupakan cara untuk membedakan pelumas menurut
kualitas kerjanya serta kaitannya dengan jenis tugas yang dimaksud. Klasifikasi
API Service ini dibagi 2 yaitu direkomendasikan untuk pelumas otomotif dalam
hal ini mesin bensin yang pengapiannya menggunakan busi disebut seri “S” atauSpark
Ignition dan untuk mesin diesel disebut seri “C” atau Compression
Ignition.
API SERVICE S
Dalam klasifikasi ini meliputi kontrol deposit, oil oxidation, wear,
rust and corrosion. Sekarang ini hanya ada 4 (empat) klasifikasi API “S”
yang masih ada yaitu SH, SJ, SL dan SM. Kalaupun ada klasifikasi pelumas yang
baru maka tinggal menambahkan ke huruf abjad yang lebih tinggi.
SH = untuk Gasoline Engine Maintenance Service 1994
Pertama klasifikasi ini direkomendasikan untuk mesin kendaraan bensin yang
dibuat tahun 1994 ( yang dimaksud disini adalah tahun teknologi mesin ) Pelumas
dalam kategori ini melebihi persyaratan kinerja dari API Service SG sehingga
dapat digunakan pada mesin yang direkomendasikan pabrikan untuk menggunakan
pelumas API Service SG ataupun kategori dibawahnya.
SJ =
untuk Gasoline Engine Maintenance Service 1996
Direkomendasikan dengan tugas khusus untuk mesin kendaraan bensin yang
menggunakan teknologi mesin tahun 1996. Pada kenyataan nya sampai saat ini
masih banyak kendaraan yang diproduksi hingga tahun 2006 masih menggunakan
teknologi mesin tahun 1996. Oleh karena itu masih sering kita jumpai pabrikan
kendaraan keluaran tahun 2006 masih merekomendasikan pelumas yang memenuhi persyaratan
API Service SJ. Pelumas dalam kategori ini melebihi persyaratan kinerja dari
API Service SH sehingga dapat digunakan pada mesin yang direkomendasikan
pabrikan untuk menggunakan pelumas API Service SH ataupun kategori dibawahnya.
SL =
untuk Gasoline Engine Maintenance Service 2001
Direkomendasikan dengan tugas khusus untuk mesin kendaraan bensin yang
menggunakan teknologi mesin tahun 2001. Pelumas yang memenuhi persyaratan API
Service SL dapat dipergunakan dimana API Service SL dan kategori di bawahnya
direkomendasikan oleh pabrikan mesin.
SM = Didesain untuk semua mesin
otomotif yang digunakan sekarang ini sehingga bisa digunakan pada mesin yang
menpersyaratkan pelumas dengan kategori di bawahnya ( SL / SJ / SH ).
API SERVICE C
Sistem klasifikasi ini hanya ada
4 kategori yang masih digunakan pabrikan dewasa ini yaitu CF , CG , CH dan CI.
Berikut ini penjelasan untuk masing-masing klasifikasi:
* CF = untuk mesin diesel injeksi
tak langsung . Untuk selanjutnya dibagi lagi menjadi CF-2 dan CF-4. API Service
CF-2 adalah klasifikasi untuk mesin diesel 2 langkah sedangkan API Service CF-4
untuk mesin diesel 4 langkah tugas berat.
* CG-4 = merupakan pelumas yang direkomendasikan untuk digunakan pada mesin
diesel 4 langkah tugas berat dengan kecepatan tinggi . Pelumas dengan kategori
ini dapat juga digunakan pada mesin yang mensyaratkan API Service CF-4.
* CH-4 = merupakan pelumas yang direkomendasikan untuk mesin 4 langkah dengan
kecepatan tinggi yang didesain untuk memenuhi standar emisi kendaraan yang
dianjurkan. Pelumas dengan kategori ini dapat digunakan juga menggantikan tugas
pelumas dengan API Service CF-4 atau CG-4.
* CI-4 = direkomendasikan untuk digunakan pada mesin diesel tugas berat.
Specifikasi yang diberikan menggambarkan bahwa pelumas tersebut dapat digunakan
pada mesin diesel putaran cepat dan memenuhi standar emisi gas buang yang
ditetapkan pada tahun 2004. Pelumas CI-4 memiliki tingkat kinerja yang lebih
unggul dibandingkan dengan kategori di bawahnya seperti CH-4, CG-4 dan CF-4.
API SERVICE UNTUK MESIN BENSIN 2 LANGKAH
Perlu diketahui mesin 2 langkah
mempunyai sistem pelumasan yang berbeda dengan mesin 4 langkah dikarenakan
pelumasan silindernya berasal dari pelumas yang dicampur dengan bensin sehingga
membutuhkan pelumas yang seluruhnya harus terbakar dan dapat melumasi silinder
mesin dengan baik. Pelumas mesin 2 langkah diformulasikan sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah terjadinya pembentukan deposit atau kotoran di dalam
silinder dalam proses pembakaran pada silinder. Pada dasarnya terdapat 4
tingkatan untuk klasifikasi API Service pada mesin 2 langkah yaitu TA, TB, TC
dan TD. Namun perkembangan terakhir hanya satu yang masih digunakan dan
dianjurkan oleh pabrikan yaitu API Service TC agar dapat mengatasi problem
macetnya ring dan lecetnya silinder.
G.
JASO (Japanese Automobile Standard Organization)
Spesifikasi untuk JASO dibedakan antara jenis kendaraan 2 langkah dan 4
langkah. Terdapat 3 tingkat performance untuk pelumas mesin 2 langkah antara
lain FA, FB dan FC sedangkan untuk mesin 4 langkah terdapat 2 tingkatan yaitu
MA dan MB. Pada awalnya semua mesin 4 langkah menggunakan pelumas dengan JASO
MA, seiring dengan kebijakan ekonomis bahan bakar menyebabkan pelumas harus
mengandung aditif friction modifier. Dengan adanya aditif ini
menyebabkan kopling pada sepeda motor yang menggunakan jenis kopling basah
sering menjadi slip dan pada akhirnya menyebabkan motor kehilangan tenaga.
Karena itulah untuk memenuhi kebutuhan mesin yang menggunakan kopling basah
maka JASO menetapkan spesifikasi khusus yaitu JASO MB.
H. Bahan Additive
pada pelumas (Lubricant)
Berbagai jenis aditif
membentuk paket yang mengubah minyak dasar menjadi pelumas berkualitas. Di
bawah ini adalah yang paling sering ditemukan dalam aplikasi industri dan
kelautan. Beberapa perusahaan menggunakan komponen aditif yang berbeda tetapi
umumnya sama. ditif pelumas secara efektif memberikan
karakter kemampuan yang dihasilkan dengan jelas tergantung dari komposisi
chemical oil additive, design, penanganan dan lingkungan dimana mesin tersebut
dilumasi. Jumlah faktor aditif pada jenis pelumas diharapkan diberikan pada
banyak aplikasi berdasarkan minimal koefisien gesekan, maximum film strength,
physical stability pada temperatur operasi dan pressures, chemical stability
melawan oxidation dan thermal decomposition, bebas dari corrosive acids dan
rusting, tahan terhadap emulsion dan foaming, non-volatility, proper fluidity
pada temperatur paling rendah, minimum consistency dan kontrol abrasives,
filler, soap dan agents.
Elemen aditif yang sering digunakan dalam oli antara
lain :
Zinc (Zn), Calsium (Ca), Barium (Ba), Boron (B), phosporus (P), Lead (Pb),
molybdenum (Mo), silicones (Si) dan Magnesium (Mg).
1.
Deterjen
Deterjen digunakan untuk memegang senyawa penetral asam dalam larutan dalam
minyak. Biasanya alkalin dan bereaksi dengan asam kuat (sulfat dan nitrat) yang
dibentuk pada pembakaran bahan bakar dan yang akan menyebabkan korosi pada
mesin internal jika tidak dikontrol. Deterjen netral juga digunakan untuk
memberikan anti-korosi, antiwear dan bahkan sifat tekanan yang ekstrim untuk
minyak. Overbased deterjen adalah garam dari logam alkali tanah seperti kalsium
dan magnesium yang mengandung logam alkali lebih dari yang dibutuhkan untuk
pembuatannya. yang memiliki deterjen yang baik dan kemampuan yang sangat baik
untuk menetralisir asam kuat.
2.
Dispersan
Dispersan akan menjaga jelaga sisa pembakaran dalam larutan pelumas, karena itu
mencegah deposisi sebagai lumpur atau lacquer. Dispersan ini habis dengan
waktu, yang menjadi alasan penting untuk mengganti pelumas yang sudah terkontaminasi.
3.
Antioksidan
Antioksidan menunda atau menghambat proses pembusukan yang terjadi secara alami
dalam pelumas, sering disebut sebagai ‘umur’ pelumas atau oksidasi karena
udara. Proses oksidasi menimbulkan pembentukan gumpalan, lak dan lumpur yang
mengakibatkan peningkatan keasaman dan kekentalan. Oksidasi berlebihan adalah
alasan umum untuk mengganti pelumas, biasanya karena keasaman atau viskositas
telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Beberapa antioksidan juga
berfungsi pada suhu di atas sekitar 100 ° C dengan de-activating
permukaan logam.
4.
Aditif Anti-Foam
Zat yang mencegah pelumas berbusa. Udara yang terperangkap dalam minyak pelumas
bisa menyebabkan kekurangan pelumas karena adanya gelembung udara pada
permukaan kontak. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan komponen bergerak. Hal
ini penting diperhatikan bagi sistem gear box, dimana airation sering bekerja
berat dalam kondisi yang normal.
5.
Pour Point Depressants
Minyak Mineral, terutama yang mempunyai viskositas tinggi dan proses refinering
yang sederhana, mengandung lilin parafin yang akan mulai mengkristal pada suhu
rendah. Proses ini cepat meningkatkan viskositas pelumas dan menyebabkan
kristalisasi lebih cepat karena suhu terus menurun. Pour Point Depressants
mencegah meningkatkan viskositas, biasanya dengan mencegah aglomerasi kristal
lilin yang terbentuk diawal.
6.
Aditif Anti-Wear dan Extreme Pressure
Kedua jenis aditif ini mengurangi keausan permukaan logam. Aditif anti aus yang
paling umum adalah zinc dan phosphorus-based. Aditif Extreme Pressure (EP)
bertugas dengan cara yang sama dan biasanya terbuat dari berbagai proporsi
kimia sulphur dan phosphorus. Keduanya mengikat permukaan logam membentuk
kekuatan film yang membatasi kerusakan dari mikro-seizure jika film pelumas
pecah. Sulphur juga berfungsi sebagai pelindung yang sama untuk komponen
injeksi bahan bakar.
7.
Polymer Thickeners
Aditif ini digunakan jika karakteristik viskositas minyak pada temperatur yang
berbeda perlu diubah. Minyak Multigrade, dengan beberapa pengecualian, mengandung
polimer untuk mengentalkan minyak monograde dari kelas ringan dan memberikan
multigrade properti, yaitu mereka dapat berfungsi lebih baik pada temperatur
yang lebih rendah sementara mempertahankan karakteristik suhu tinggi. Beberapa
pihak menetapkan penggunaan minyak multigrade dalam peralatan darurat karena
viskositas yang sangat baik terhadap karakteristik suhu. Jenis aditif juga
digunakan dalam beberapa minyak hidrolik untuk mengatur
viskositas/karakteristik suhu.
8.
Aditif Pelindung Karat
Termasuk juga untuk melindungi permukaan logam dari korosi atmosfir, terutama
ketika mesin idle atau pada saat perbaikan. Juga termasuk bahan alkali untuk
menetralisir asam kuat karena mereka terbentuk selama pembakaran. Aditif ini
juga mengandung bahan detergensi.
9.Alkalinityagents
Sebagai penetralisir pembentukan material asam dan oli yang teroksidasi, bagian
dari bahan bakar dan kandungan sulfur dalam bahan bakar yang
terbakar.
10. Viscosity
Index Improver
Sebagai pengendali kekentalan oli pada tingkat yang diharapkan.
Bab
2 Lubrication System
SISTEM PELUMAS
A. FUNGSI SISTEM PELUMAS
Sistem pelumas
pada mesin sepeda motor mempunyai fungsi:
1.
Mengurangi gesekan
Mesin sepeda motor terdiri dari beberapa komponen,
terdapat komponen yang diam dan ada yang bergerak. Gerakan komponen satu dengan
yang lain akan menimbulkan gesekan, dan gesekan akan mengurangi tenaga,
menimbulkan keausan, menghasilkan kotoran
dan panas. Guna mengurangi gesekan maka antara
bagian yang bergesekan dilapisi oli pelumas (oil film).
2.
Sebagai pendingin
Proses pembakaran di dalam silinder menghasilkan panas, demikian
pula gesekan antar komponen, sistem
pendingin membantu mengurangi panas yang
terjadi dengan mengabil panas pada bagian yang dilewati dan mendinginkan pada
bak engkol.
3.
Sebagai perapat
Piston dengan silinder mempunyai celah tertentu, pelumas membantu
mengurangi kebocoran kompresi maupun tekanan hasil pembakaran dengan membuat
lapisan oli mengisi celah antara kedua bagian tersebut.
4.
Sebagai peredam
Piston, batang piston dan
poros engkol merupakan bagian
mesin menerima gaya yang berfluktuasi, sehingga saat menerima gaya tekan yang
besar memungkinkan menimbulkan benturan yang keras dan menimbulkan suara
berisik. Pelumas berfungsi untuk melapisi antara bagian tersebut dan meredam
benturan yang terjadi sehingga suara mesin lebih halus.
5.
Sebagai pembersih
Salah satu efek gesekan adalah keausan, sistem pelumas membantu
membawah kotoran sehingga bagian yang bergesekan tetap bersih.
6.
Sebagai anti karat
Sistem pelumas berfungsi untuk melapisi logam dengan oli, sehingga
mencegah kontak langsung antar logam dengan udara maupun maupun air dan
terbentuknya karat dapat dihindari.
B. SISTEM
PELUMAS MOTOR 2 TAK
Pada motor 2 tak
bak engkol (crank case) tidak berisi oli pelumas, karena difungsikan
sebagai pompa bilas. Guna melumasi bagian poros engkol, batang piston, piston,
ring piston dan dinding silinder maka minyak pelumas dicampur dengan campuran bahan
bakar yang masuk ke dalam bak engkol dan silinder. Metode mencampur minyak
pelumas ada 2 macam, yaitu:
- Pelumas dicampur langsung dengan
bensin di dalam tangki (Premix
type lubrication)
- Pelumas injeksi oleh pompa pelumas
(Injection pump type lubrication)
1.Premix type lubrication
Premix type lubrication merupakan metode
sistem pelumas motor 2 tak dengan cara mencampur langsung oli pelumas pada
tangki bensin pada perbandingan tertentu.
Perbandingan antara
bensin dengan oli adalah 20 – 25 : 1,
artinya untuk 20- 25 liter bensin dicampur dengan 1 liter oli.
Gb.
6.1 Sistem pelumas 2 tak premix type lubrication
Saat mesin hidup
bensin yang bercampur oli mengalir ke karburator, di karburator campuran bensin
dengan oli dikabutkan, dan masuk ke dalam bak engkol (crank case), campuran bensin dan oli melumasi poros
engkol, bantalan, batang piston, pena piston dan dinding silinder. Saat proses bilas campuran masuk ke dalam
silinder untuk melumasi piston, ring piston dan dinding silinder. Saat proses pembakaran campuran bensin dengan
oli terbakar, sisa gas buang dibuang
melalui knalpot.
Sistem pelumas premix
type lubrication mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
a.
Di dalam tangki dan di dalam
karburator ada kemungkinan oli mengendap, sehingga campuran kurang
homogen, komposisi campuran tidak
stabil, pelumasan kurang sempurna.
b.
Bensin campur mempunyai
viscositas yang lebih tinggi sehingga:
1) pengabutan pada karburator kurang halus,
2)
proses pembakaran kurang
sempurna,
3)
tenaga mesin menurun
4) banyak endapan karbon di ruang
bakar,saluran buang maupun knalpot
5)
emisi gas buang tinggi
c.
Komposisi campuran tetap,
padahal kebutuhan pelumas sebanding dengan putaran mesin, sehingga oli
berlebihan pada putaran rendah dan menengah, tetapi kurang saat putaran tinggi.
2. Injection pump lubrication
Injection pump lubrication
merupakan sistem pelumas pada motor 2
tak dengan cara mempompa sejumlah oli
pelumas pada intake manifold. Minyak pelumas yang disemprotkan kemudian
bercampur dengan campuran bensin dan udara dari karburator, dan bersam-sama
masuk ke dalam bak engkol. Pada bak engkol campuran bensin dan oli melumasi poros
engkol, bantalan, batang piston, pena piston dan dinding silinder. Saat proses bilas campuran masuk ke dalam
silinder untuk melumasi piston, ring piston dan dinding silinder. Saat proses pembakaran campuran bensin dengan
oli terbakar, sisa gas buang dibuang
melalui knalpot.
Komponen sistem pelumas injeksi adalah:
a.
Tangki oli pelumas untuk
menampung oli yang diperlukan
b.
Pompa pelumas yang berfungsi
untuk menghisap oli dari tangki oli dan menekan oli pada intake manifold.
c.
Kabel pompa oli untuk
mengontrol jumlah oli yang disemprotkan.
Gb. 6. 2 Sistem pelumas 2
tak injection pump type
Dengan adanya pompa oli yang dikontrol bersama gas, memungkinkan
jumlah oli yang disemprotkan sesuai dengan kebutuhan beban dan kecepatan sepeda
motor. Kebutuhan oli untuk beban ringan
sebesar 80 - 120 : 1 , untuk beban
menengah 40 – 70 : 1, sedangkan untuk
beban tinggi sebesar 18 – 30 : 1. Dengan adanya sistem injeksi kelemahan pada
sistem pelumas campur dapat teratasi.
Produsen sepeda motor Yamaha menyebut sistem pelumas dengan injeksi
dengan istilah Autolub, yaitu sistem pelumas dengan automatis mencampur
oli dengan campuran bahan bakar pada komposisi yang tepat menggunakan Autolub
pump.
Produsen sepeda motor Suzuki mengembangkan sistem pelumas CCI (Carburetor
Crankshaft Injection), yaitu sistem
pelumas injeksi, yang menginjeksikan oli pada karburator (carburetor)
dan pada poros engkol (crank shaft). Injeksi pelumas langsung ke poros
engkol diharapkan mampu mengatasi keausan pada poros engkol. Pada premix
type lubrication, penetrasi oli yang
bercampur dengan bensin ke poros engkol lemah sehingga gesekan poros engkol
dengan batang piston besar. Dengan sistem pelumas CCI kelemahan tersebut dapat
diatasi. Prinsip sistem pelumas CCI juga digunakan oleh produsen sepeda motor
Kawasaki.
C. POMPA OLI
MOTOR 2 TAK
Pompa pelumas yang berfungsi untuk menghisap oli dari tangki oli dan
menekan oli pada karburator. Pompa pelumas motor 2 tak umumnya tipe plunger.
Konstruksi pompa pelumas adalah sebagai berikut:
Gb. 6.3 Pompa oli motor 2 tak
tipe plunger
Fungsi bagian pompa:
1.
Worm wheel gear sebagai gigi yang memutar distributor, putaran worm wheel gear
diperoleh dari putaran mesin.
2. Plunger berfungsi sebagai piston yang
menghisap dan menekan oli.
3.
Check ball berfungsi sebagai katup satu arah, yang akan membuka saat plunger
menekan oli dan menutup saat plunger menghisap oli.
4.
Plunger cam guide pin sebagai pin pembimbing nok agar plunger dapat bergerak maju-mundur
saat worm wheel gear berputar.
5.
Adjusting pulley sebagai pulli yang diputar gas untuk mengatur jumlah oli yang
dipompa.
6.
Adjusting plate sebagai plat untuk menyetel panjang langkah pemompaan.
Prinsip kerja:
Saat mesin hidup maka worm wheel gear akan berputar dan
distributor ikut berputar, bila lubang distributor tepat pada saluran masuk
maka oli akan mengalir ke dalam rumah pompa. Distributor dilengkapi dengan cylindrical
cam, yaitu nok yang berbentuk silinder, berputarnya distributor menyebabkan
cam mendorong plunger bergerak mundur untuk menghisap oli, saat
cam tidak menekan plunger maka pegas pompa akan mendorong oli, bila lubang
keluar tepat pada lubang distributor maka oli akan ditekan keluar menuju karburator
dan poros engkol.
Gb. 6.4 Pinsip kerja pompa
oli 2 tak
Kabel gas dihubungkan dengan adjusting pulley, saat gas diputar maka
gerak langkah pompa semakin panjang, sehingga oli yang dipompa semakin banyak,
panjang gerak langkah dapat disetel pada adjusting plate.
Gb. 6.5 Kontruksi pompa oli 2 tak high compression type
Gb. 6.6 Kontruksi pompa oli 2 tak high compression type
D. MENYETEL
POMPA OLI
Endapan karbon
berlebihan, asap knalpot terlalu tebal, mesin panas dan piston macet merupakan
gangguan yang sering dijumpai pada motor 2 tak.
Penyebab gangguan tersebut antara
lain:
- Kualitas oli rendah
- Jenis oli salah, yaitu oli mesin/
transmisi dimasukkan ke oli samping
- Jumlah oli yang diinjeksikan tidak
tepat
Jumlah oli yang diinjeksikan kurang menyebabkan mesin panas dan peluang
piston macet. Penyebab oli yang diinjeksikan kurang
antara lain:
- Penyetelan langkah pompa tidak
tepat
- Saluran oli tersumbat
- Plunger aus
- Oli habis
- Viskositas oli terlalu tinggi
Jumlah oli yang
diinjeksikan berlebihan menyebabkan asap knalpot berlebihan, deposit karbon
pada ruang bakar, busi dan knalpot. Penyebab oli berlebihan adalah penyetelan
tidak tepat.
Gb. 6.7 Pemasangan pompa oli pada Honda NSR150R
Saat mengisi oli dari keadaan tangki oli kosong maupun setelah membongkar
pompa, maka harus dilakukan proses bleeding, yaitu proses mengeluarkan
udara palsu pada saluran oli. Langkah proses bleeding
adalah:
- Letakkan kain/ majun pada
sekeliling pompa
- Isi tangki oli dengan oli
- Buka
baut bleeding sampai oli mengalir dan gelembung udara hilang.
- Hidupkan mesin, periksa apakah oli
sudah keluar dari ujung slang pompa
oli yang ke karburator.
- Kencangkan baut bleeding
dan ambil kain/ majun.
Langkah menyetel
pompa oli adalah sebagai berikut:
1.
Lepas tutup pompa
2.
Longgarkan mur pengunci pada
kabel pengontrol
3.
Putar gas tangn penuh
4.
Periksa apakah tanda tanda
penyesuai tepat?
5. Stel dengan memutar mur
penyetel dan bila sudah tepat kencangkan pada mur kontra
Gb. 6.8 Menyetel pompa oli
E. SISTEM PELUMAS TRANSMISI DAN KOPLING PADA MOTOR
2 TAK
Pada motor 2 tak sistem pelumas untuk transmisi dan kopling berbeda dengan
sistem pelumas mesin. Minyak pelumas mesin sering disebut oli samping,
sedangkan pelumas transmisi dan kopling disebut oli mesin. Penyebutan pelumas
transmisi dan kopling dengan oli mesin karena jenis oli pelumas yang digunakan
sama dengan oli pelumas mesin yang digunakan pada motor 4 tak, sedangkan oli
mesin 2 tak yang disebut oli samping
menggunakan oli pelumas khusus 2 tak, misalnya
Caltex Revtex Super, Yamaha
Autolub, CCI atau oli 2 T lainnya.
Pelumas
transmisi dan kopling dengan memasukan sejumlah oli pada bak transmisi, jumlah,
kualitas dan kekentalan oli pelumas harus tepat. Bila jumlah oli kurang maka
pelumasan kurang sempurna, sedangkn bila jumlah oli berlebihan maka tahanan
gigi transmisi menjadi besar, koefisien mekanis lebih besar.
Gb.
6.9 Sistem pelumas transmisi 2 tak
F. SISTEM PELUMAS MOTOR 4 TAK
Motor 4 tak
tidak memerlukan pompa bilas, sehingga bak engkol (crank case) digunakan untuk
bak transmisi, sehingga poros engkol, batang piston, didnding silinder, piston
dan ring piston dilumasi oleh oli yang sama dengan transmisi dan kopling.
Metode sistem
pelumas motor 4 tak dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
- Sistem pelumas basah
- Sistem pelumas kering
Sistem
pelumas basah Sistem
pelumas kering
Gb.
6.10 Macam sistem pelumas motor 4 tak
1. Sistem
Pelumas Basah (Wet Sum Type)
Sistem pelumas
basah merupakan sistem pelumas dimana oli ditempatkan di bak engkol (crank
case), sehingga transmisi, kopling dan
poros engkol terendam dalam oli pelumas. Sirkulasi oli dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gb. 6.11 Sirkulasi sistem pelumas pada Honda
MegaPro
Gb. 6.12
Sirkulasi sistem pelumas sistem basah
Prinsip kerja :
Saat mesin hidup maka pompa oli berputar menghisap oli dari bak engkol
melalui striner screen. Oli ditekan oleh pompa menuju saringan (oil
filter), dari saringan disalurkan secara parallel menuju transmisi, poros
engkol dan roker arm. Pada transmisi setelah melumasi transmisi oli jatu ke bak
engkol, sedangkan yang ke poros engkol oli melumasi connecting rod bearing
dan jatu ke bak engkol. Connecting rod dilengkapi dengan oil control orifice, melalui lubang kecil
tersebut oli disemprotkan ke connecting rod small end, piston dan
silinder, saat piston bergerak turun oli
yang menempel pada dinding silinder dikikis oli ring pelumas.
Oli yang menuju roker
arm shaft melumasi roker arm shaft, cam shaft, valve dan spring valve,
kemudian akibat gaya grafitasi mengalir
kembali ke bak engkol. Oli yang menuju
kepala silinder harus melewati saluran oli di dalam silinder, karena kurang
hati-hati saluran ini sering tersumbat oleh sealer, sehingga jumlah oli yang
dialirkan berkurang, roker arm shaft
, cam shaft, valve dan valve guide menjadi
cepat aus.
2. Sistem
Pelumas Kering (Dry Sump Type)
Sistem pelumas
kering merupakan sistem pelumas dimana oli ditempatkan pada penampung terpisah
atau tidak di bak engkol (crank case),
sehingga transmisi, kopling dan poros engkol tidak lagi terendam dalam
oli pelumas.
Keuntungan:
a.
Tahanan oli pada bagian
bergerak berkurang
b.
Pendinginan oli lebih baik
c.
Pengecekan dan penambahan oli
lebih mudah
Kelemahan:
- Konstruksi mesin lebih rumit
- Perlu tambahan komponen penampung
oli dan pendingin oli
Gb.
6.13 Dry wet type
Prinsip kerja:
Saat mesin hidup
maka pompa oli berputar menghisap oli dari bak penampung oli. Oli ditekan oleh
pompa menuju pendingin oli kemudian ke saringan (oil filter), dari
saringan disalurkan secara parallel menuju transmisi, poros engkol dan roker
arm. Pada transmisi setelah melumasi transmisi oli jatu ke bak engkol, sedangkan
yang ke poros engkol oli melumasi connecting rod bearing dan jatu ke bak
engkol. Connecting rod dilengkapi dengan oil control orifice,
melalui lubang kecil tersebut oli disemprotkan ke connecting rod small end,
piston dan silinder, saat piston bergerak turun
oli yang menempel pada dinding silinder dikikis oli ring pelumas. Oli
yang menuju roker arm shaft melumasi roker arm shaft, cam shaft,
valve dan spring valve, kemudian akibat gaya grafitasi mengalir kembali ke bak engkol. Pada bak
engkol oli dihisap oleh pompa dan ditekan pada penampung oli.
G. POMPA
PELUMAS MOTOR 4 TAK
Pompa pelumas
berfungsi untuk menghisap oli dari tangki pelumas/bak engkol dan menekan ke
bagian-bagian yang dilumasi. Terdapat 2 macam pompa yang sering digunakan pada
motor 4 tak, yaitu:
1.
Pompa jenis roda gigi (Gear
pump)
2.
Pompa jenis trocoida (Trocoid
pump)
Gb.
6.14 Macam pompa oli motor 4 tak
1. Pompa pelumas tipe roda gigi
Pompa roda
gigi terdiri dari dua gigi, yaitu gigi penggerak (drive gear) dan gigi
yang digerakan (driven gear), kedua gigi ditempatkan pada rumah pompa.
Pada rumah pompa terdapat dua lubang yaitu lubang masuk (inlet) dan
lubang keluar (out let).
|
Gb. 6.15 Pompa
roda gigi
|
Prinsip kerja
Saat mesin
berputar maka gigi penggerak berputar, berputarnya gigi penggerak menyebabkan
gigi yang digerakkan juga ikut berputar.
Akibat putaran kedua gigi maka oli yang berada pada saluran masuk berada diantara gigi ikut berputar terbawah pada gigi, oli tersebut keluar pada
saluran keluar (outlet) dan ditekan kebagian yang dilumasi.
Kelebihan pompa
tipe ini adalah konstruksi sederhana, kelemahan adalah kurang presisi sehingga
tekanan pompa rendah.
2. Pompa oli
tipe trocoid
Pompa trocoid
terdiri dari dua rotor, yaitu rotor penggerak (drive rotor) bentuk bintang
4 sisi dan rotor yang digerakan (driven rotor) bentuk luar
silinder dan bagian dalam bentuk bintang 5 sisi, kedua rotor ditempatkan pada
rumah pompa. Pada rumah pompa terdapat dua lubang yaitu lubang masuk (inlet
hole) dan lubang keluar (discharge hole).
Gb.
6.16 Komponen pompa trocoid
Prinsip
kerja:
Saat mesin
berputar maka rotor penggerak berputar (drive rotor), berputarnya rotor
penggerak menyebabkan rotor yang digerakkan juga ikut berputar, karena sumbu
kedua rotor tidak sama (offset), maka kedua rotor membentuk ruang yang
berubah-ubah. Saluran masuk dihubungkan ke ruangan yang membesar, saluran
keluar dihubungkan ke saluran yang menyempit. Akibat putaran kedua rotor maka
oli yang berada pada saluran masuk terhisap masuk keruang pompa dan ditekan
kebagian yang dilumasi.
Gb.
6.17 Prinsip kerja pompa trocoid
Kelebihan pompa
tipe ini adalah lebih presisi sehingga kapasitas pompa lebih besar, tekanan
pompa lebih tinggi.
Gb.
6.18 Memeriksa komponen pompa trocoid
Gb.
6.19 Sistem pelumas pada Suzuki Shogun
H. SARINGAN
OLI (OIL FILTER)
Saringan oli
berfungsi untuk menyaring kotoran pada oli agar tidak ikut beredar pada sistem
pelumas. Kotoran pada aoli dapat berupa bram atau serpian logam akibat bagian
yang aus maupun endapan karbon yang dibawah oli selama bersirkulasi. Terdapat
dua model saringan oli yang banyak dipakai pada sepeda motor yaitu saringan
kasa yang mencegah kotoran pada oli masuk ke pompa pelumas, dan saringan
centrifugal, yang menyaring kotoran dengan memanfaatkan gaya centrifugal.
Prinsip kerjanya
yaitu saat mesin hidup, oli dari pompa
melewati saringan sentrifugal. Akibat gaya centrigugal maka bagian oli yang
berat yaitu kotoran akan terlempar keluar dan menempel pada dinding saringan.
Dengan demikian semakin lama saringan sentrifugal semakin banyak endapan
kotoran sehingga perlu dibersihkan.
Saringan
kasa Saringan
centrifugal
Gb.
6.20 Saringan oli
Lubricant oil System :
Komponen – komponen sistem
lubricating oil adalah :
Ø Oil Stainer
Ø Oil Pan
Ø Oil Pump
Ø Oil Cooler
Ø Oil Filter
Ø Oil Gallery
Ø Oil Pressure Gauge
Ø Jet Spray
1.
Oil Strainer
Sebelum
mencapai oil pump, oli harus melalui strainer terlebih dahulu yang terdapat di
bagian bawah oil pan. Dari strainer , oli lewat saluran pemasukan menuju pompa.
2.
Oil Pan
Adalah tempat penampungan engine oil
dan pendinginan oil sementara, selama oil masih berada di Karter dan belum
dialirkan ke sistim.
3.
Oil Pump
Adalah pompa yang berfungsi mensuplai oli ke
bagian-bagian engine yang memerlukan
Pelumasan. Biasanya digunakan jenis Gear atau Gearotor Pump,
yang diletakkan pada Bagianbawah engine ( di dalam Karter ) dan pada bagian
hisapnya dipasang saringan kasar ( Strainer
) untuk menghindari benda-benda kasar masuk ke dalam sistim.
4.
Oil Cooler
Adalah pendingin oil yang didalamnya
menggunakan air sebagai media pendingin, sehingga panas engine dan
bagian-bagiannya yang dibawa oleh oil ke karter akan dinetralisir sebelum
diteruskan ke sistim untuk pelumasan.
5.
Oil Filter
Salah
satu tugas dari sistem pelumasan adalah untuk menyapu semua kotoran dari
titik-titik pelumasan engine dan permukaan bearing. Oli kemudian menjadi kotor
dan harus dibersihkan sebelum kembali ke titik-titik pelumasan tersebut. Oli
telah disaring saat melalui strainer pada pompa oli. Untuk menangkap partikel
kotoran yang lebih halus, sistem pelumasan dilengkapi dengan tiga filter,
tergantung pada tipe engine. Oil filter terdiri dari cartridge (wadah) filter
yang dapat diganti (replaceable) yang berisi lipatan kertas.
6.
Oil Gallery
Tempat Sebagai saluran oil yang
mengalirkan oil dari oil pump ke komponen – komponen yang ingin di lumasi.
7.
Oil Pressure Gauge
Adalah untuk mendeteksi berapa nilai
tekanan oil disaat sistim bekerja. Ada pula engine yang menggunakan Oil
Filter Differential Pressure Gauge untuk mendeteksi filter Block dengan
memanfaatkan nilai pressure aliran oil saat sebelum dan sesudah melewati Oil
Filter
8.
Jet Spray
Adalah
jet yang berfungsi menyemprotkan aliran oil secara langsung ke masing-masing
piston untuk pendingin/pelumasan piston, ring piston dan linernya pada putaran
tertentu atau saat tekanan oli sangat tinggi, misalnya di atas putaran 1000
RPM.
Cara Kerja
Oil Separator terpasang secara By Pass pada filter
utama, dimana oli dari pompa setelah melewati saringan utama kira-kira 10 %
dari jumlah tersebut akan terambil masuk ke dalam rotor centrifugal oil
separator untuk proses pemisahan oli dengan kotoran, ini akan menyebabkan rotor
berputar secara dinamis kira-kira 3000 s/d 8000 rpm karena tekanan dari pompa.
Sesudah bersirkulasi di dalam rotor untuk mengendapkan kotoran-kotoran, oli
terus dialirkan ke tangki oli ( sump ). Dengan menggunakan sambungan T pada
saluran pemasukan udara, maka akan meningkatkan pengosongan/kevakuman oli yang
menuju ke tangki, sehingga oli akan menjadi lebih cepatuntuk kembali ke tangki.
Pada sambungan T saluran pemasukan udara pada saluran masuk penunjang saringan
dipasang Non Return Valve, dengan tujuan untuk mencegah oli kembali naik ke
atas sewaktu terjadi kevakuman. Aliran udara di dalam pipa tersebut sangat
kecil kira-kira 0,05 % dari keseluruhan aliran oli engine. Sedangkan non return
valve bekerjanya diatur oleh tekanan dari turbocharger.
.
.